Backpackeran ke Pantai Timur Taiwan Bawa Bayi? Yuuuk…

Sebenernya backpackeran kali ini semi ga direncanakan. Udah lama banget ga backpackeran, halan2 terencana pun terakhir udah bulan Januari tahun lalu pas ke Taipei ngantar ortu yg mau pulang setelah nengok kami di Tainan. Karena setelah itu saya hamil dan covid.

Rencananya sebenernya kami mau ke Taipei mumpung anak-anak libur buat ngurus paspor untuk anak ketiga. Sepulang dari Taipei, kami berencana lewat pantai timur Taiwan, yangg belum pernah kami kunjungi sama sekali. Kalau pantai barat udah cukup sering ya. Tiap mau ke Taipei pasti lewat pantai barat. Nah untuk pantai timur ini, saya memang udah lama banget pengen liat. Saya penasaran pantai timur itu kayak apa, karena kalau di lihat di peta persebaran penduduk, pantai timur ini penduduknya dikit, padahal setau saya alamnya bagus banget. Tapi memang pantai timur ini lebih ganas dibanding pantai barat, karena pantai timur berhadapan dengan Samudra Pasifik, dan tiap ada typhoon pasti kena. Nah typhoon ini pasti tiap ke Taiwan selalu belok menuju pantai timur, trus berbelok ke utara. Jadi ga pernah ketemu pantai barat. Karena di tengah Taiwan ada pegunungan yang memanjang dari utara ke selatan. Pegunungan itu jadi semacam barrier untuk typhoon, sehingga ga ke pantai barat.

Untuk ngurus paspor ternyata akte kelahirannya harus dilegalisir di notaris. Qadarullah dua minggu sebelum imlek kok notarisnya udah libur. Akhirnya batallah ke Taipei. Tapi karena kami udah menjanjikan halan-halan buat ngisi liburan anak-anak karena udah libur 2 minggu tapi paling pol cuma ke Yule street, ke net, dan beli es krim di McD, akhirnya kami mikielr-mikir mau ke mana. Karena saya udah pernah bilang ke pak bojo pengen ke pantai timur, dan pak bojo acc, akhirnya seharian sampai tengah malam kami gugling dan hunting sana sini, buat cari kereta, penginapan, dan biiin itinerary. Jadi kamis pagi siang kami rencana berangkat backpackeran, jam 1 dini hari kami baru klik pesan penginapan😂 Akhirnya kami memutuskan ke Taitung dan ke Hualien. Taitung karena saya dengar pemandangan alamnya bagus dan banyak suku aborigin di sana, dan Hualien karena saya pengen ke Taroko National Park. Lho kok kepengenanmu kabeh mbok? wkwkwk..

Karena niatnya backpackeran dengan 3 anak, jadi kami juga cari cara penghematan😂😂 Bawa rendang, kering tempe, pop mie, dan ga ketinggalan bubur MPASI. Untuk penginapan, kami sesuaikan budget. Tapi qadarullah, Allah maha baik. Hotel yang di agoda seharga 5000 NTD, bisa didapat dgn harga 1000 NTD buat sekeluarga di Taitung. Dan setelah sampai sana ternyata udah include makan malam&sarapan. MasyaAllah.. alhamdulillah.. Untuk di Hualien, harga penginapan memang sedikit lebih tinggi. Tapi cukup worth it karena penginapannya model apartemen dengan furniture yang masih keliatan baru dengan biaya 1500 NTD untuk 2 kamar per hari. Disinilah rendang dkk bermanfaat banget. Cukup beli nasi putih di family mart terdekat, minta tolong diangetin pakai micro wave, sampai penginapan bisa makan dengan kenyang tanpa takut makanan ga halal😂😂😂 Kalau kehabisan bekal, jangan khawatir, onigiri di sevel sekarang macem-macem. Variasinya banyaak..

Kayaknya tiap imlek, harga2 malah pada turun deh. Mungkin semacam bulan bersedekah apa ya.. Jadi udah hampir sebulanan ini selama musim dingin harga sayuran hijau muahal2 karena mungkin persediaan ga banyak. Tapi menjelang imlek ini harganya relatif turun. Gitu juga dengan ayam dan daging. Tapi ini cuma oengamatan dengan data yang ga terlalu panjang ya.. Jadi kesimpulannya bisa jadi ga 100% betul😂😂

Selain penginapan dan makanan, yang ga kalah penting adalah transportasi. Karena sim internasional kami habis dan yang paling penting kalau nyewa mobil itu mahal banget (*nggaya alasane sim internasional habis), maka kami berencana naik kereta. Tapi ternyata kereta ekspress yang dari Tainan langsung ke Hualien atau Taitung itu muahaall.. Jalur kereta Taiwan timur ternyata juga ga sebanyak Taiwan barat. Jadi kita harus teliti banget ngatur jadwal buat naik kereta biar ga ketinggalan yang efeknya bikin lama nunggu kereta berikutnya. Kami berencana naik kereta lokal dulu dari Tainan ke Chaozhou, baru dari Chaozhou ke Taitung dan dari Taitung ke Hualien naik kereta ekspress. Semua jadwal kereta udah di simpan, tinggal aplikasi di lapangan bakal ketinggalan apa enggak..wkwkwk..

Siangnya, setelah pak bojo nguji pendadaran dan sy packing, kami naik kereta ke Chaozhou seperti rencana. Perjalanan masih mulus. Pemandangan dari kereta sepertinya bagus, tapi sy tidur sepanjang jalan karena kurang tidur dan kecapekan.. 😅 Pindah kereta ekspress ke Taitung, karena yang naik ke kereta cukup banyak, kami nyaris telat turun karena pas mau keluar ternyata penumpang dari Taitung udah naik. Wkwkwk.. Sampai di stasiun Taitung, kami cari taksi untuk menuju hotel. Kami sengaja pilih hotel yang dekat pantai, karena kalau dekat stasiun, ke pantainya terlalu jauh. Pantai di Taitung bersih banget. Kita bisa liat Samudra Pasifik dari tepi pantai yang dilindungi oleh tetrapod. Sebenernya ada beberapa spot yang bagus, tapi karena bawa bayik, kami ga bisa terlalu banyak mengeksplor daerah sekitarnya. Sebenernya juga sy pengen ke daerah pegunungannya, buat liat suku aborigin, tapi karena waktunya mepet, kami cuma menikmati pantai aja.

Setelah check out dan makan siang kami lanjut perjalanan ke Hualien. Perjalanan naik kereta ke Hualien ini bikin sy refreshing bener. Setelah 6 bulan cuma bergelut dengan diapers, ASI, MPASI, dan 4-5 jam riset kuliah disambi ngantuk setelah seharian ngurus bayik&keluarga😂 Di sepanjang perjalanan, kita bisa liat di sebelah timur adalah pantai dan Samudra Pasifik, sementara di sebelah barat adalah pegunungan dan sesekali pemukiman. Pemukiman-pemukimannya pun rapi. Kecil-kecil tapi rapi.

Kita juga bisa liat bahwa infrastruktur di Taiwan ini bener-benr digarap dengan sungguh-sungguh, bahkan sampai daerah pelosok. Di sepanjang pantai timur, jalan dan jembatan layang berdiri kokoh dengan perlindungan pantai berupa terapod. Sy sempat diskusi sama pak bojo, ini kalau bikin jalan tol, jalur kereta, dan jembatan layang semacam ini kebutuhan pindasinya berapa meter ya dalamnya? Karena tanahnya merupakan tanah pantai yang biasanya banyak sedimentasinya sehingga tanah kerasnya bisa jadi dalam banget. Belum lagi terowongan-terowongannya. Karena pantai timur ini dekat dengan pegunungan tinggi, jadi kereta beberapa kali harus masuk ke terowongan di pegunungan. Bayangin mbuat terowongan sepanjang itu. Kek mana analisisnya?

Sampai di stasiun Hualien kami cari info tentang one day ticket untuk bus di Taroko. Cari di orange building maupun di sevel, tapi kok ga ada yang mudheng.. Mereka njelasin pakai bahasa mandarin pun ngomongnya cepet banget. Anak mbarep ada beberapa kata yang ga bisa nangkap. Mereka ga paham bahasa inggris juga😭 Akhirnya kami putuskan check in ke penginapan dulu. Malamnya kami lembur lagi buat cari info bus-bus ke Taroko dan itinerary di Taroko, mengingat bawa bayik yang ga memungkinkan buat mengunjungi semua spot di Taroko. Akhirnya kami sepakati jam 9 keluar dari hotel, beli bekal onigiri dll di sevel, ngantri bus di halte&berangkat dengan bus momor 310 (ubus) jam 10 seperti yang samar-samar diomongin ibu penjual tiket di orange building dan yang dikunjungi adalah Buluowan, yang ga harus jalan terlalu jauh. Kami ga jadi pakai one day ticket, tapi mengandalkan kartu pelajar yang diisi deposit buat naik bus, ternyata lebih mudah buat kami dan lebih fleksibel. Kenapa ga berangkat pagi banget? Karena dua anak yang udah lebih besar di kamar lain susah banget dibangunin😭 Ditelpon ga aktif, di ketok2 pintunya takut ngganggu tetangga kamar lain.

Taroko National Park ini adalah satu diantara 9 National Park di Taiwan. Saya pernah ke Shi-pa National Park jaman ambil kuliah geomorfologi sungai, dan Yushan National Park pas ke Hehuanshan liat salju. Nah Taroko National Park ini pemandangannya bagus banget. Di sini dulu banyak suku aborigin Taiwan, dan sampai sekarang sebenernya masih banyak yang hidup di sini. Ngarainya mencapai 19 km. Dikelilingi pegunungan yang tinggi-tinggi banget. Dari perjalanan dari stasiun Hualien menuju Taroko, kita disuguhi pemandangan yang MasyaAllah indah banget. Hualien seperti kota lain di pantai timur Taiwan. Sebelah timurnya adalah pantai, sebelah baratnya pegunungan tinggi. Liat pantai-pantai di Taiwan timur ini bersih dan rapi banget. Masuk ke areal Taroko National Park, kita langsung disuguhi ngarai yang cantik banget. Orang geologi dan hidro pasti seneng deh.. Jalannya ada di tepi jurang yang berupa sungai kecil dan curam, tapi dinding pengunungannya menjulan tinggi banget. MasyaAllah indah banget. Bus juga melewati 9 turns tunnel, alias terowongan kelok 9. Kek di Padang ya.. Jalan kelok 9😄 Lewat terowongan-terowongan itu, kita juga lewat beberapa pembangunan perlindungan tebing agar tebing yang curam-curam itu ga longsor. Lagi-lagi infrastruktur ya..

Sampai di Buluowan, kami makan siang dan istirahat bentar, trus keliling liat sakura, dll. Kami ga ke suspension bridge, padahal anak nomer 2 pengen banget. Lha walaupun bawa stroller tp anak bayik nemplok simbok terus ga mau ditaruh di stroller😭😭 Ngalamat skinkeran pakai balsem. Spot kedua yang dijunjungi adalah Tianxiang. Di Tianxiang dijual banyak makanan yang harganya terjangkau. Ada juga makanan tradisional berupa nasi bambu dan kue lobak.

Namanya backolpackeran bawa bayik, selalu ada drama. Untuk MPASI kami bawa instan dari Tainan. MPASI instan di sini ternyata ga seperti di Indonesia yang bentuknya bubuk dan harus diseduh dengan air anget buat mbikinnya. Walaupun namanya MPASI instan, bentuknya sasetan dan udah berbentuk bubur bayi nasi yang basah dengan campuran kerang, salmon, dll. Dan MPASI ini ga dijual di toko biasa ya.. Cuma ada di toko bayi. Tiap waktunya makan, kami berhenti dulu buat nyuapin nak bayik, meskipun di kereta. Dan ternyata karena covid, ga boleh makan di kereta, sehingga kami diperingatkan petugas. Tapi petugas pun kalau ngingatin halus banget..😅


Belum lagi tiap naik kereta selalu lari-lari karena mepet. Terutama di stasiun Taitung, dimana sy nggendong bayik seberat 9,2 kg dan nggeret koper, sementara pak bojo ndorong striller yang diisi koper yang lebih kecil dan dua anak yang lain bawa ransel kecil&nenteng sampah. Saking panimnya nyaris ketinggalan kereta, mereka ga ingat kalau simbok ini ketinggalan jauh di belakang.

Kapok backpackeran bawa bayik? Enggak..wkwkwk.. Repot memang..tapi menyenangkan dan biar dia kenal dunia luar dari kecil. Yuk kapan kita kemana lagi? Semoga pandemi segera berlalu, sehingga di Indonesia bisa halan-halan kemana-mana yaa..

*BTW ini di Taiwan, yang angka covidnya hanya 900an ya.. Jadi InSyaAllah akan buat kemana-mana

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.